Kamis, 22 Juli 2010

FRONT SINAI-OPERASI BADR 1973

,
Artikel dari Majalah Panji Masyarakat No.170, 1 Maret 1975

Segera setelah selesai perang 6 hari thun 1967,dan seluruh Sinai diduduki oleh Israel,termasuk sebelah Timur Terusan Suez, maka Kepala Staf Angkatan Darat Israel yang bernama Letnan Jendral Haim Bar Lev mengemukakan gagasan untuk membuat benteng di sepanjang Terusan Suez sebelah Timur yang dikuasai Israel. Gagasan tersebut diterima oleh pemerintah Israel dan pembuatan benteng dilaksanakan. Benteng tersebut seluruhnya terbuat dari pasir dengan tinggi lebih kurang 20 meter, lebar 26 meter dan panjang lebih kurang 135 km sepanjang Terusan Suez dari Laut Merah sampai Laut Mediteran. Antara beberapa kilometer dibuatlah kamar-kamar tempat tentara Israel. Tempat itu dilengkapi dengan senjata-senjata berat termasuk meriam-meriam kaliber besar. Dari tempat-tempat seperti itulah di sepanjang Terusan Suez,tentara Israel mengawasi gerak gerik tentara Mesir di sebelah Barat Terusan Suez dengan perlengkapan-perlengkapan modern. Benteng pasir sepanjang terusan Suez itu dibuat demikian rupa sehingga betul-betul tangguh dan kuat. Karena gagasan membuat benteng pasir itu datangnya dari Letnan Jendral Bar Lev, maka benteng tersebut diberi nama sesuai dengan namanya, yaitu benteng Bar Lev. Biaya pembuatannya lebih kurang $300 juta US dollar.

Disamping itu, secara rahasia Israel telah memasang pula pipa-pipa minyak di dalam Terusan Suez dan sepanjang Terusan Suez. Dalam keadaan pipa-pipa tersebut secara otomatis segera terbuka dan minyaknya yang menggenangi Terusan Suez segera terbakar, sehingga Terusan Suez akan menjadi lautan api. Dalam keadaan yang demikian menurut perhitungan Israel, tentara Mesir tidak mungkin melewati Terusan Suez, apalagi merebut Bar Lev. Oleh karena kuatnya benteng tersebut, maka dengan angkuhnya, Israel selalu mengatakan bahwa Mesir tidak mungkin dapat merebut Bar Lev. Begitu tingginya benteng tersebut, bila seseorang berada di atasnya akan terlihatlah dengan jelas segala sesuatu yang berada di sebelah Barat Terusan Suez. Sebaliknya bila seseorang berada di sebelah Barat Terusan Suez, maka ia tidak dapat melihat apa-apa yang sedang berlaku di sebelah Timur terusan Suez.

Bagaimana Mesir Merebut Bar Lev

Mesir, sebagaimana juga negara-negara Arab lainnya bertekad membebaskan seluruh wilayah Arab yang diduduki Israel serta membebaskan Palestina. Untuk dapat merebut kembali Sinai, maka Mesir harus lebih dulu merebut Bar Lev di sepanjang Terusan Suez yang selalu dibanggakan Israel sangat kuat itu.

Untuk dapat merebut Bar Lev, maka Mesir telah membuat Bar Lev tiruan di gurun Sahara. Mesir telah mencoba segala macam senjata sampai senjata paling modern untuk menghancurkan Bar Lev tiruan tersebut. Tapi usaha tersebut tidak berhasil. Sampai pada pertengahan tahun 1971, seorang opsir muda yang juga seorang insinyur mengusulkan supaya digunakan air bertekanan tinggi. Setelah hal tersebut dicoba dan ternyata berhasil dengan baik. Benteng Bar Lev tiruan tersebut segera hancur berantakan waktu ditembak dengan air berkekuatan tinggi. Kemudian segera Mesir mengembangkan penemuan tersebut dan segera menyiapkan pompa-pompa air dengan kekuatan tinggi, yang kemudian dikenal dengan nama 'water canon'. Penemuan Mesir atas senjata tersebut sampai saat terakhir tidak tercium oleh intelejen Israel.

Seperti diketahui, sejak permulaan tahun 1973 keadaan sudah gawat. Pasukan Mesir dan pasukan Syria sudah disiap siagakan penuh. Pertemuan-Pertemuan Tingkat Tinggi, ataupun pertemuan para Menteri-Menteri Negara-Negara Arab sering dilakukan. Presiden Sadat berulangkali mengatakan bahwa perang baru akan meletus dengan Israel. Tapi tidak seorangpun yang tahu kapan perang itu akan meletus.

Presiden Sadat telah memilih waktu yang sangat tepat, perhitungan dengan matang dan rahasia yang dapat dipegang dengan ketat sekali. Begitu hebatnya memegang rahasia,sehingga intelejen Israel atau negara lainnya tidak dapat mencium sama sekali tanggal yang dipilih untuk perang tersebut. Waktu yang dipilih ialah sesuai dengan Perang Badr, yaitu bulan suci Ramadhan, tanggal 6 Oktober 1973. Karena itu dalam kodenya oleh Mesir disebut "Operasi Badr", yang di kalangan dunia Islam dikenal juga dengan nama "Perang Ramadhan". Perang tersebut dimulai tepat jam 14.00 tanggal 6 Oktober 1973. Adapun beberapa alasan yang dapat dikemukakan dipilihnya jam 14.00 antara lain, matahari waktu itu berada di sebelah Barat Terusan Suez , sehingga cahayanya dapat menyilaukan mata tentara musuh yang berada di sebelah Timur Terusan Suez. Mesir juga rupanya telah menyiapkan tentaranya untuk mulai perang pada waktu matahari akan tenggelam. Tapi disamping itu adalah alasan lain yang bersifat agamis, yaitu kebiasaan Nabi Muhammad SAW berperang sesudah Dzuhur, danwaktu itu pulalah yang dipilih oleh Presiden Sadat. Kepada tentara-tentara Mesir ditekankan suatu semboyan yang berbunyi "Iman kepada Allah dan cinta kepada tanah air".

Untuk mempersiapkan perang ini dengan baik dan sempurna ada suatu badan yang dinamakan "Operations Command Centre" yang kantornya terletak di bawah tanah di tengah padang pasir di luar kota Cairo. Di dalam badan ini termasuk Menteri Pertahanan dan Panglima Angkatan Bersenjata Jendral Ismail, Kepala Staf Jendral Shazli dan Direktur Operasi, Mayor Jendral Abdel Ghani Gamasy.

Oleh karena itulah, tepat jam 14.00 penyerangan secara serentak dilakukan terhadap Israel di dua front, yaitu front terusan Suez dan front Gollan. Walaupun menurut beberapa berita, Syria telah melancarkan serangan di Gollan 2 menit lebih dulu, yaitu jam 13.58.

Pasukan katak Mesir, malam tanggal 5 Oktober 1973 telan menyemen semua pipa-pipa minyak yang dibuat secara rahasia oleh Israel di sepanjang Terusan Suez. Penyemenan inipun sama sekali tidak diketahui oleh Israel. Sehingga tepat pada waktunya, Israel tidak dapat mempergunakan pipa-pipa minyak tersebut untuk menjadikan Terusan Suez menjadi lautan api.

Mesir juga telah memperhitungkan dengan matang sekali, berapa waktu yang diperlukan oleh water canon untuk meruntuhkan benteng Bar Lev, berapa lama membuat jembatan-jembatan ponton, berapa waktu yang diperlukan untuk menyeberangkan tank dan pasukan serta yang lain-lainnya.

Penyerangan dilakukan secara serentak dikurang lebih 15 tempat sepanjang Terusan Suez, mulai laut Mediteran sampai Laut Merah, mulai dari Kantara sampai Suez.



Lebih dulu Mesir mempergunakan senjata ampuhnya, yaitu water canon atau meriam air dengan tekanan tinggi. Water canon itu ditembakkan dari sebelah Barat Terusan Suez ke arah benteng Bar Lev di sebelah Timur Terusan Suez. Ternyata senjata itu benar-benar ampuh. Air dengan kekuatan tinggi tersebut dengan cepat sekali dapat meruntuhkan benteng Bar Lev yang dibuat dari pasir itu, sehingga dalam waktu singkat terbuka celah di tengahnya. Kemudian dalam beberapa menit jembatan-jembatan ponton segera dibuat dan tank-tank serta pasukan segera diseberangkan ke sebelah Timur Terusan Suez serta terus ke Sinai melalui celah di antara benteng tersebut. Segera pula pasukan Mesir merebut semua pertahanan Israel yang terdapat di benteng Bar Lev. Dalam waktu yang relatif singkat, benteng Bar Lev yang kuat dan kokoh tersebut telah jatuh ke tangan pasukan Mesir. Jam 14.07, Radio Cairo sudah mengumandangkan suatu Komunike bahwa tentara Mesir telah berhasil dengan sukses menyeberangi Terusan Suez dan bendera Mesir telah berkibar di sebelah Timur Terusan Suez.

Boleh dikatakan bahwa semua penyerangan yang dilakukan Mesir berjalan dengan sesuai rencana, cuma ada sedikit kesulitan di dekat Terusan Suez. Pasir-pasir penghalang yang dibuat dibuat Israel lebih dalam daripada yang diperkirakan serta agak sulit untuk membuat jembatan ponton. Jam 17.00 Iendral Ismail mengambil keputusan yang drastis untuk secara langsung memimpin menyelesaikan tugas dengan segala resikonya. Ternyata usaha tersebut berhasil dengan sukses. Benteng Bar Lev dapat dihancurkan dan dapat dibuat celah diantaranya, jembatan ponton segera diselesaikan dan tank serta pasukan dapat segera diseberangkan. Walaupun Mesir menderita korban dengan meninggalnya Wakil Panglima Pasukan Geni Brigjen Moh.Ahmad Abd Hamid, yang syahid di atas jembatan kena tembakan Israel. Sampai sekarang, setiap orang yang lewat di atas jembatan dengan jelas akan dapat membaca suatu peringatan, untuk mengenangkan bahwa di jembatan itulah syahidnya Brigjen Moh.Ahmad Abd Hamid.

Teriakan-teriakan Allahu Akbar menggema dalam setiap front pertempuran. Teriakan Allahu Akbar itu pulalah yang menebalkan semangat jihad pasukan Mesir dalam merebut Bar Lev serta bertempur di gurun Sinai. Suatu keberanian yang sangat mengharukan dan mengagumkan. Tidaklah mengherankan ketika pasukan Mesir telah dapat mendaratkan kakinya di tanah air mereka di gurun Sinai banyak diantaranya yang meneteskan airmata karena kegirangan dan banyak pula yang mencium tanah yang telah sekian lama diduduki oleh Israel.

Dengan kemenangan tersebut, maka Mesir telah mematahkan mitos bahwa Bar Lev merupakan benteng yang kuat yang tidak mungkin direbut oleh Mesir. Begitu pula, Mesir telah mematahkan mitos bahwa tentara Israel adalah tentara yang terkuat yang tidak mungkin dikalahkan. Kesombongan dan keangkuhan Israel berakhir sudah. Bukti menunjukkan bahwa dengan semangat jihad yang menyala serta persiapan yang sempurna dan matang, dalam waktu relatif singkat seluruh Bar Lev telah jatuh ke tangan Mesir dan di hari-hari pertama tentara Mesir dan tentara Syria dapat mengalahkan pasukan Israel di seluruh front. Kemenangan demi kemenangan tersebut telah mempertebal semangat tentara Mesir dalam menghadapi tentara Israel serta siap sedia pula untuk berjihad di medan pertempuran.

0 komentar to “FRONT SINAI-OPERASI BADR 1973”

Posting Komentar

Hey © 2008 Template by:
SkinCorner