Selasa, 18 Februari 2014

Hikmah Menghadap Kiblat

,
Sesungguhnya hikmah menghadap Kiblat dengan mneghadapkan muka kita ke arah Masjidil Haram itu sebenarnya sulit untuk dipahami serta sulit pula untuk menuliskan keutamaan-keutamaan dan faedah-faedahnya. Betapa kita akan melakukan itu, padahal kita hanya diberi setetes ilmu dari samudera yang maha luas. Akan tetapi hal itu tidak mencegah kami untuk mengutarakan apa-apa yang sampai kepada kami, dan Allah jualah tempat minta pertolongan.

Hikmah menghadap Kiblat itu mengandung tujuh macam faedah dan hikmah, yaitu :

1. Menghidupkan sunnah Nabi Ibrahim As dan puteranya Isma'il As. Karena keduanyalah yang menjadi sebab dibangunnya Ka'bah yang mulia itu. Sehingga tidak lenyap ingatan kepada keduanya dari dalam hati kaum muslimin.

2. Sesungguhnya seorang muslim yang menghadapkan mukanya ke arah Kiblat dengan memalingkan seluruh anggota tubuhnya ke satu arah tanpa berpaling ke kiri dan ke kanan itu, menambahkan dalam jiwanya rasa tuma'ninah, khusyu' dan tetap, maka ia tidak berpaling dari pintu rahmat Allah serta tidak bimbang oleh perasaan was-was dan pikiran-pikiran kacau, dan ia pun dapat memandang dengan mata hatinya cahaya yang memancar dari firman Allah Ta'ala :
"Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar. Dan bukanlah aku termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan" (Q.S. Al-An'am, 79).
 Berkenaan dengan ini telah diwartakan suatu hadis yag berbunyi :
"Jika seseorang hamba tegak di dalam sholatnya dengan menghadapka nafsu, wajah dan hatinya kepada Allah Azza Wa Jalla, maka ia kembali seperti baru dilahirkan oleh ibunya".
3. Sesungguhnya sudah menjadi tabi'at manusia untuk menentukan waktu atau tempat yang menjadi kebiasaannya menunaikan pekerjaan rutinnya. Yang apabila ketentuan itu rusak, maka akan menjadi kacaulah garis kehidupannya, karena ia telah melanggar kebiasaannya yang lazim dan ketiadaan ketetapannya.

Begitu pula halnya jika seseorang tidak mempunyai arah tertentu dalam menunaikan kewajiban ibadatnya, sehingga ia terpaksa pindah dari satu arah ke arah lainnya, maka akan lenyaplah rasa ikhlas dalam menunaikan kewajibannya itu. Orang itu tidak berhak mendapatkan ganjaran pahala, karena tidak menunaikan kewajibannya, sebagaimana mestinya.

Karena itulah  maka Allah Ta'ala menetapkan arah Kiblat itu agar kita mengetahui arah yang dengan mengikutinya amal kita diterima, dan juga agar kita tidak repot-repot memilih, sebab dikuatirkan timbul rasa gelisah dan bingung, seperti biasanya terjadi pada orang-orang yang bingung dalam menentukan pilihan akan sesuatu.

4.  Bahwa sesungguhnya dengan satu tujuan kaum muslimin di timur dan barat sama-sama menghadapkan wajahnya ke arah Kiblat. Hal ini termasuk kebahagiaan dua negeri (dunia dan akhirat), karena dengan ini mereka menyatakan bahwasanya mereka adalah bersaudara. Hati mereka saling mengasihi, niat mereka telah bersatu, dan mereka menghadapkan wajah ke arah yang satu, yaitu Al-Ka'batul Musyarrafah.

Sekalipun tempat tinggal mereka berjauhan, tersebar di timur dan di bara serta di seluruh pelosok dunia, namun Ka'bah menjadi pusat persatuan mereka, yang menyatukan hati mereka dari segenap negeri.

Rasa persatuan dan saling mengasihi ini adalah merupakan nikmat Allah Ta'ala yang terbesar kepada hamba-hamba-Nya. Sebagaimana firman Allah :

"....Dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (di masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah menjinakkan antara hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara.."(Q.S Ali Imran: 103).

5.  Sesungguhnya jika seseorang hendak menampakkan keikhlasannya dalam ibadahnya dengan suatu tanda khusus yang dapat dirasakan oleh masyarakat umum, maka ia akan memilih tempat tertentu unutk menunaikan amal rutinnya itu. Begitu juga halnya apabila ia menghadapkan wajahnya ke arah Kiblat dengan anggota badan yang tenang dan hati yang hadir, maka ia telah menunaikan kewajiban yang telah diperintahkan kepadanya, tanpa kesangsian karena kegelisahan dan ketiadaan tempat yang tertentu itu.

6.  Sesungguhnya seseorang yang menghadapkan dirinya ke arah Kiblat tatkala muazzin menyerukan Hayya Alas Sholah....Hayya Alal Falah dengan segera, menjadilah ia sebagai orang yang telah menunjukkan ketaatannya terhadap Rasulullah SAW yang juga merupakan taat kepada Allah Ta'ala. Juga Ka'bah itu terletak di negeri kelahiran Rasulullah SAW, maka untuk mengagungkannya kaum muslimin menghadapkan wajahnya ke arahnya, karena ia tempat yang paling mulia di permukaan bumi.

7.  Sesungguhnya dengan menghadapkan diri ke arah Kiblat itu mengingatkan kaum muslimin akan kecintaan Allah Ta'ala terhadap Rasul-Nya yang mulia. Karena ketika Rasulullah SAW menganggap bahwa mneghadap Kiblat ke arah Ka'bah itu lebih baik daripada menghadap ke arah Baitul Maqdis, maka Beliau melayangkan pandangannya ke arah langit menantikan izin dari Allah SWT. Kemudian Allah memberikan apa yang  diidamkan oleh Beliau itu sebagai bukti kecintaan-Nya kepada Beliau SAW. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT :

"Sesungguhnya Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai, palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram, dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya..." (Q.S. Al Baqarah, 144).

Adapun hikmah menghadap ke arah Baitul Maqdis sebelumnya itu adalah karena orang-orang Arab dahulu, pada permulaan Islam menghadapkan mukanya ke arah Ka'bah, dan diantara mereka juga terdapat juga orang-orang munafik yang tidak benar dalam keimanannya. Maka Allah hendak menampakkan orang-orang munafik itu diantara golongan orang-orang yang benar (as shodiqin), sesuai dengan firman-Nya :

"Dan Kami tidak menjadikan Kiblat yang menjadi Kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot dan sungguh (pemindahan kiblat ) itu terasa amat berat kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah..." (Q.S. Al Baqarah, 143).

Tatkala Allah memerintahkan agar menghadapkan diri ke arah Baituk Maqdis, maka hal itu terasa amat berat bagi orang-orang Arab yang sudah menjadi tradisi ke arah Ka'bah serta menyucikannya. Karena itulah sebagai rahmat atas mereka, mereka disuruh kembali menghadapkan diri ke arah Ka'bah. Pada waktu peralihan Kiblat inilah sebagian orang-orang yang telah masuk Islam berkata : Kadang-kadang ke sini, kadang-kadang ke sana, seandainya Muhammad itu yakin akan misinya, tentu tidak akan berubah-ubah pendapatnya!

Akhirnya orang-orang ini pun menjadi murtad. Sedangkan orang -orang musyrik mengatakan apakah gerangan yang telah terjadi, sehingga mereka meninggalkan Kiblat mereka itu?

Maka turunlah firman Allah Ta'ala :

"Orang-orang yang kurang akalnya di antara manusia akan berkata : apakah yang memalingkan mereka (ummat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya? Katakanlah : Kepunyaan Allah-lah timur dan barat, Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus. (Q.S. Al Baqarah, 142).

Adapun orang-orang muslim yang benar dalam keimanan mereka berkata : "Ya Rasulullah, saudara-saudara kami telah wafat atas Kiblat yang pertama, bagaimana nasib mereka?"

Maka turunlah firman Allah Ta'ala :

"Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu, sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia". (Q.S. Al Baqarah, 143).

Itulah hikmah menghadap Kiblat dan faedahnya, semoga Allah menjadikan kita termasuk ahli surga dan Kiblat-Nya.

Diketik ulang oleh Pat
Dari buku warisan Almarhum ayahanda tercinta H. Asj'ariansyah Noer, BA
Judul : Arti Perintah Allah
Oleh Asy Syaikh Ali Ahmad Al Jarjaawy
Penerjemah Idrus H. Alkaaf
Penerbit : CV. Bintang Pelajar
Halaman 179-186

0 komentar to “Hikmah Menghadap Kiblat”

Posting Komentar

Hey © 2008 Template by:
SkinCorner