Sabtu, 15 Februari 2014

Persatuan Umat Islam

,
Mengapa Kaum Muslimin mundur?
Mengapa orang lain maju?

Pada tahun 1348 H (1930 M) berkirim suratlah Syaikh Muhammad Basiuni Imran Maharaja Imam, Mufti dari Kerajaan Sambas (Kalimantan Barat) kepada Sayid Muhammad Rasyid Ridha, yang menerbitkan dan memimpin Majalah " Almanar" di Cairo, Mesir. Isi surat itu ialah menanyakan dua soal yang penting.

Yang pertama ialah : 

"Apakah yang jadi sebab Kaum Muslimin menjadi lemah dan hina, padahal Tuhan telah bersabda di dalam Al-Qur'an :

"Bagi Allah-lah kemuliaan dan bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang yang beriman"

Yang kedua ialah : 

"Apa sebab orang-orang bukan Islam,baik orang Eropa atau orang Amerika , atau bangsa Jepang? Mungkinkah Kaum Muslimin mengejar kendaraan mereka, kalau berjalan sekencang mereka, dengan tetap memelihara syi'ar-syi'ar agama mereka?"

Orang yang bertanya, meminta agar supaya pertanyaan ini dijawab di dalam majalah Almanar tersebut, majalah yang telah terkenal tersebar di seluruh "Alam Islamiy, dibaca oleh pemimpin-pemimpin Islam, dan supaya dimuat berturut-turut.

Pertanyaan ini telah dijawab oleh Al-Amir Syakib Arselan dan telah dimuat berturut dalam majalah tersebut. Maka sangat besarlah pengaruh tulisan itu bila dibaca oleh pemimpin-pemimpin Islam. Setelah selesai tulisan jawaban itu dijadikan pula suatu kitab yang khusus dan tersebar dengan luasnya, sehingga telah tiga kali cetak, ketiga kalinya habis. Tersebarnya kitab tersebut menjadi perhatian besar bangsa-bangsa penjajah, sehingga dalam penjajahan Perancis sangat dijaga jangan sampai buku tersebut tersebar dan dibaca orang dan barangsiapa yang terdapat membaca buku itu langsung ditangkap dan dimasukkan ke penjara. Demikianlah dilarang keras membacanya di seluruh Afrika Utara.

Meskipun hal ihwal Kaum Muslimin sudah jauh berubah dari masa buku ini keluar (348 H/1930 M), yang terang benderang bahwa semangat perjuangan telah menaik, kemerdekaan telah dicapai oleh sebahagian besar bangsa-bangsa, telah tertetes dari jumud (membeku) dan menekur menyerah kalah, yang sangat dicela dan dibenci oleh pengarangnya, namun tidaklah ada salahnya kita kupas kembali gambaran keadaan kaum Muslimin sebelum mereka bangun, karena dia menggambarkan kenang-kenangan pahit dan getir, tetapi tidak pula kurang pentingnya untuk jadi perbandingan yang memberi manfaat bagi bangsa-bangsa pemeluk Islam, yang musti diperhatikan oleh yang masih saja tertekan nasibnya.

Sebab kemajuan Muslimin di zaman lampau

Sebab utama kekuasaan dan kekuatan Kaum Muslimin di zaman lampau itu ialah Persatuan sesudah perpecahan, kemajuan sesudah jahiliyah. Menyembah kepada Allah Yang Maha Esa sesudah persembahan kepada berbagai macam berhala yang berbagai macam.

Dan sebab persatuan mereka dan kesadaran mereka disertai pegangan mereka yang teguh dan tujuan agama mereka yang suci, sangguplah mereka menaklukkan separo dari Dunia Kuno dalam masa setengah abad saja. Mereka angkatkan pelita ilmu dan lentera kemajuan pada setiap jengkal tanahnya. Sehingga tercapailah oleh mereka pesaudaraan yang mulia bagi barangsiapa yang masuk agama mereka, menjadi tuan yang membawa rahmat bagi orang lain.

Sekarang timbullah pertanyaan : 
Masihkah sekarang mereka pegang teguh sendi-sendi kemuliaan itu?
Masihkah tetap mereka bersatu padu dengan kesadaran dan berpegang teguh dengan tujuan agama itu?
Atau adakah mereka hanya berpegang pada nama, tetapi kosong pada isi?
Dan pada Iman hanya tinggal pada tulisan?
Dan pada Al-Qur'an hanya tinggal lagunya?

Memang! Allah telah pernah berfirman : "Bagi Allah-lah kemuliaan itu dan bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang yang beriman" Sebagaimana pada permulaan penanya tadi dan bahkan boleh kita tambah lagi dengan sabda tuhan pula : "Dan kewajiban bagi Kami membela orang-orang yang beriman".

Tetapi cobalah renungkan, siapakah ummat yang akan mendapat kemuliaaan itu, ialah ummat yang siap sedia mengerjakan perintah-Nya, siapa pula sedia menghentikan larangan-Nya. Bagaimana kalau perintah itu tidak dituruti dan larangan itu tidak dihentikan? Dan tidak pula bersedia membayar dengan mahal? Bahkan tidak pula berusaha, bekerja keras membebaskan diri dari sebab-sebab kelemahannya, dan tidak bertahan mati-matian mempertahankan kemerdekaannya dan kehormatan dirinya dengan apa saja senjata yang ada dalam tangannya?

Kalau Allah hendak menolong mahluk yang Dia ciptakan, dengan tidak berusaha dan berjuang, niscaya telah ditolongnya Nabi-Nya Muhammad SAW dengan melenggang saja, tidak perlu lagi berpayah-payah diri. Tak perlu lagi dia kerja keras untuk menyatakan janji Allah dalam kenyataan.

Tuhan telah bersabda (lihat Surat 9, At-Taubat ayat 111) yang artinya:

"Sesungguhnya Allah telah membeli daripada orang-orang yang beriman akan diri mereka sendiri dan harta benda mereka dengan sorga. Mereka berpegang teguh pada jalan Allah, mereka memunuh dan terbunuh. Janji yang benar di dalam Taurat dan Injil dan Al-Qur'an. Dan barangsiapa yang memenuhi janjinya dengan Allah, maka beri kabar gembiralah mereka dengan bai'at yang telah mereka bai'atkan dengan dia. Dan yang demikian itu adalah kemenangan yang agung".

Dimanakah hal ihwal Kaum Muslimin sekarang ini jika dibandingkan dengan janji yang telah  datang dari Allah itu? Di mana seadaan mereka sekarang jika dibandingkan dengan nenek moyang mereka yang membeli kemuliaan dengan perjuangan? Bahkan mereka telah berduyun-duyun mengejar mati syahid, supaya tercapai kemenangan dan kemuliaan sejati menurut janji Allah? Di mana?

Allah telah bersabda :
"Maka sesungguhnya Allah akan menolong orang yang menolongnya".(surat 22; Alhajj 40).

"Jika kamu menolong Allah niscaya Dia tolong pula akan kamu dan diteguhkan telapak kaki kamu" (surat 4: Muhammad ayat 7).

Tidak diragukan lagi bahwa Allah tidak memerlukan pertolongan dari seseorangpun. Cuma yang dimaksud dengan kata pertolongan kamu kepada-Nya ialah kemuliaan agama-Nya dan tuduk kepada perintah-Nya. Diantara tunduk perintah itu ialah berusaha dan berjihad. Dan menjauhkan diri dari pada larangan-Nya. Diantara larangan-Nya ialah menyerah kalah, belum melawan sudah tunduk.

Satu peringatan untuk perbandingan

Kita boleh perhatikan sendiri bagaimana orang Eropa sekarang, tentang pengorbanan mereka baik hartanya ataupun puteranya, tidak peduli biar habis jiwa raganya untuk membela tanah airnya. Kemudian perhatikan pula bagaimana nasib kita Kaum Muslimin yang kita semua bermimpi kemerdekaan tanah air kita dan mengembalikan kemuliaan masa nenek moyang kita, tetapi tidak mau berkorban dan tidak mau keluar uang dan tidak merasa sanggup menghadapi krisis dan kesulitan.

Adakah suatu perumpamaan yang tepat, dengan kejadian perjuangan kaum Yahudi dan Kaum Muslimin di Palestina pada tahun 1929? Seketika orang Yahudi se dunia bekerja keras mengumpulkan harta benda mereka untuk kepentingan perjuangan merebut Palestina itu. Kaum Yahudi telah mengeluarkan uang sebanyak 1.000.000 poundsterling, sedang Kaum Muslimin mengumpulkan uang pula sebanyak 13.000 poundsterling.

Mungkin ada orang yang berkata bahwa Kaum Muslimin tidak sekaya orang Yahudi. Tetapi mengapa lupa bahwa jumlah Kaum Muslimin berlipat ganda 20 kali lipat. Maka kalau tiap-tiap Kaum Muslimin bergerak pula mengumpulkan uang satu poundsterling satu orang untuk membela kawan-kawan mereka yang berjuang di Palestina, tentulah terkumpul dalam sebentar waktu saja tidak kurang dari 3.000.000 (tiga juta) poundsterling.

Sesungguhnya pengorbanan bangsa-bangsa dalam perjuangan kemerdekaan, adalah dalil dan bukti yang nyata atas kesadarannya dan kebangkitannya dan kenyataan bahwa mereka berhak hidup. Karena bantuan mereka dengan senjata yang akan menguatkan kemauan dan semangat mereka dan menyebabkan sedikit yang jadi korban, dan mempercepat runtuh setengah dari belenggu mereka.

Bantuan yang dikirimkan Kaum Muslimin untuk Mujahidin di Tripoli Barat, sangat besar kesannya membangkitkan semangat perjuangan mereka dan meneguhkan langkah mereka, dan setapak mereka tidak beranjak mundur karena serbuan bangsa Itali yang hendak menjajah. Meskipun ada korban diantar tentara Kaum Muslimin dalam pertempuran dengan Italia itu, namun julah mereka yang mati itu tidaklah sebanyak yang tewas dalam tentara Italia.

Dalam peperangan di Ghuwaihaat yang terkenal, tewas 50 mujahid 'Arabi, berhadapan dengan 3.000 tentara Italia yang lengkap persenjataannya. Tentara Islam itu berjuang dengan gagah perkasanya sampai waktu fajar, dan meninggal beratus-ratus orang Muslim. tetapi datang penjelasan resmi dari Kedutaan Besar Jerman di Roma, menerangkan bahwa 15 tentara Italia tewas, dan yang masih hidup terus ditimpa gila. Dan belanja yang dihabiskan italia dalam peperangan itu tidak kurang dari 100.000.000 (seratus juta) dalam tahun 1911 dan 1912.

Kawan kita anak-anak desa Riff di Maghrib bertahun-tahun lamanya berhadapan dengan tentara Spanyol. Dalam satu peperangan saja 26 ribu tentara Spanyol yang tewas dan banyak alat senjata mereka yang dirampas oleh Kaum Muslimin, padahal penduduk desa Riff yang berontak itu tidak lebih dari 800.000 orang. Sedang tentara Spanyol tidak kurang dari 20 milliun.

Kalau tidaklah bangsa-bangsa pemeluk Islam mengambil sikap negatif belaka dalam perjuangan penduduk Riff itu, yang suatu panitia mengumpulkan uang tidak lebih dari 1.500 poundsterling, sungguh akan sangguplah tentara Riff yang handal itu kemenangan-kemenangan lagi, yang akan membuat bangga Kaum Muslimin dan Arab.

Meskipun demikian, tidaklah dapat pejuang-pejuang orang kampung Riff itu dihancurkan demikian saja, melainkan setelah bersatu lebih dahulu tentara Perancis dan Spanyol yang bertentara tidak kurang dari 300.000 orang, menghancurkan beratus-ratus kampung dan disokong oleh kapal-kapal terbang paling modern Amerika.

Khianat dan membantu musuh

Bukan itu saja yang membuat Kaum Muslimin kalah. Bahkan yang lebih lagi ialah pengkhianatan golongan dan rombongan, yang penjajah merasa menang karena dapat memperalat mereka, untuk mengalahkan bangsanya sendiri, dengan membagi-bagi pangkat dan keistimewaan, yang mereka terima dengan bangga dan bengah hidung.

Kalau kita bertanya kepada mereka mengapa mereka sampai hati berbuat demikian hina dan keji, yang berlawanan dengan kehormatan dan harga diri sebagai manusia, niscaya mudah saja mereka menjawab : "Apa awak hendak perbuat? Kalau kita tidak membantu mereka niscaya mereka sanggup membinasakan kita".

Mereka lupa sabda Allah :

"Apakah kamu takut kepada mereka? Maka Allah-lah yang lebih berhak kamu takuti, jikalau adalah kamu orang yang beriman". (Surat ke-9, At-Taubah ayat 13).

Jauh sekali! Bukanlah mereka orang yang beriman. Itulah orang-orang yang telah menjadikan khianat menjadi tempatnya tegak, dan Islanya hanya sehingga ruku' dan sujud membaca wirid-wirid sesudah sembahyang, namun dia tidak mengerti apa arti perjuangan. Mereka pekak bisu. Tidak mendengar, tidak bercakap.

Ketahuilah wahai orang-orang yang takut akan jihad, dan takut akan mati! Mati itu ada dua macam. Mati karena hendak hidup. Mati begitulah yang disuruh Allah kamu mencapainya, sebagaimana tersebut di dalam Kitab Allah. Dan mati yang satu lagi ialah supaya kamu terus menerus mati. Yaitu jika kamu takut menghadapi maut yang pertama dengan sukarela, kamu akan terpaksa mati, tetapi dalam keadaan enggan.

Dan yang sejahat-jahat mati terpaksa itu ialah mati yang sangat murah harganya, yang dtemui oleh setengah Kaum Muslimin, yaitu yang berperang di bawah bendera kerajaan penjajah. Akhirnya kerajaan penjajah itu menang dan bertambah kuat, bertambah sanggup menindas bangsamu lebih kejam dari yang sudah.

Dan khianat yang paling jahat ialah khianat khusus, khianat pemimpin, khianat hakim dan ulama, yaitu yang membela dan mempertahankan penjajahan, seraya menghinakan kaum sebangsanya dan teman seagamanya, dan tidak sekali-kali kita lupa bagaimana mereka mengirim telegram kepada Volkenbond menyatakan bahwa mereka tidak tahu menahu dan tidak setuju sama sekali, bahkan membantah sekeras-kerasnya usaha suatu kongres kebangsaan yang memutuskan hendak meminta kemerdekaan.

Sampai demikianlah buruknya keadaan, sehingga orang Islam sendirilah yang bersedia jadi musuh dari kawannya sesama Islam sendiri.

Diketik ulang oleh Pat 
Sumber :
(warisan almarhum ayahanda tercinta H. Asj'ariansyah Noer, BA
Majalah Panji Masyarakat
No.220
Terbitan 1 April 1977
Kolom Dari Hati Ke Hati
Halaman 5-7

0 komentar to “Persatuan Umat Islam”

Posting Komentar

Hey © 2008 Template by:
SkinCorner